Sebelum kamu boarding pesawat, ada satu hal penting yang kadang disepelekan: asuransi kesehatan PMI di Jepang. Perlu dicatat, ini bukan hanya urusan stempel di atas kertas. Asuransi itu kunci biar kamu bisa kerja dengan tenang, sehat, dan yang paling penting: visa tetap aman diperpanjang.
Banyak anak muda usia 18–30 tahun yang siap berangkat magang, kerja SSW, atau dengan visa Gijinkoku, tapi belum paham gimana sistem proteksi kesehatan bekerja di Jepang. Nah, artikel ini bakal bahas tuntas mulai dari KTLN di Indonesia, NHI & SHI di Jepang, hingga opsi tambahan biar kamu bisa open mindset sebelum melangkah.
KTLN & BPJS: Bekal Proteksi Sebelum Terbang
PMI perlu mengurus Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTLN) terlebih dahulu sebelum berangkat. Ini ibarat “kartu sakti” dari pemerintah Indonesia yang menandakan kamu resmi terdaftar sebagai pekerja migran.
Apa manfaatnya?
- Di dalamnya sudah ada perlindungan dasar dari BPJS Ketenagakerjaan, termasuk jaminan kecelakaan kerja dan kematian.
- Jadi kalau ada hal darurat sebelum asuransi Jepang aktif, kamu tetap punya jaring pengaman.
Intinya, KTLN ini proteksi awal sebelum kamu masuk sistem asuransi Jepang. Jadi, jangan skip tahap ini kalau kamu nggak mau repot.
Asuransi PMI di Jepang — Wajib Ikut Sistem Publik
Begitu mendarat di Jepang dan resmi tinggal lebih dari 3 bulan, kamu otomatis dianggap bagian dari sistem kesehatan mereka. Wajib banget punya asuransi, bukan cuma buat nutup biaya rumah sakit yang mahal, tapi juga syarat legal buat jaga status visa kerja atau magang.
Ada dua sistem utama:
- National Health Insurance (NHI): dipakai oleh pekerja lepas, mahasiswa, atau mereka yang nggak masuk asuransi perusahaan. Daftarnya di kantor pemerintah daerah.
- Social Health Insurance (SHI): otomatis buat karyawan perusahaan yang kerja full-time.
Kedua sistem ini memungkinkan kamu cuma bayar 10–30% biaya medis, sisanya ditanggung negara.
Perbedaan Asuransi Berdasarkan Jenis Visa
Banyak calon PMI bingung: “Kalau magang sama SSW beda nggak sih sistem asuransinya?” Nah, ini detailnya:
- Magang (Technical Intern Training / Jisshūsei)
- Wajib ikut NHI atau SHI, tergantung status kerja.
- Perusahaan penerima (user company) yang mendaftarkan, dan biasanya menanggung sebagian premi. Sisanya dipotong dari gaji.
- Visa SSW (Specified Skilled Worker / Tokutei Ginō)
- Sama dengan pekerja Jepang. Kalau full-time → wajib ikut SHI (plus pensiun).
- Pembayaran: 50% ditanggung perusahaan, 50% dari gaji PMI.
- Visa Gijinkoku: untuk Engineer, Specialist, hingga Highly Skilled
- Kalau pegawai tetap, masuk SHI. Kalau freelance atau kontrak singkat, harus daftar NHI mandiri.
- Premi SHI dibagi dua dengan perusahaan, sedangkan NHI ditanggung penuh individu.
Kesimpulan:
- Magang & SSW: hampir selalu diurus perusahaan penerima.
- Gijinkoku: lebih fleksibel, tergantung status kerja (tetap atau freelance).

Risiko Gak Bayar Premi — Bisa Gagal Perpanjang Visa
Ada fakta menarik: menurut laporan Asia News Network & Insurance Business America, hanya 63% orang asing di Jepang yang rutin bayar premi NHI, jauh lebih rendah dibanding penduduk lokal (93%).
Karena itu, pemerintah Jepang merencanakan aturan baru:
- Mulai 2026: ada sistem prepayment (premi dibayar di muka).
- Mulai 2027: status pembayaran akan dicek saat perpanjangan visa.
Artinya kalau kamu telat bayar → visa bisa ditolak. Jadi, jangan remehkan kewajiban ini.
Asuransi Tambahan (Swasta) — Buat Jaga-Jaga
Meski NHI/SHI sudah cukup kuat, ada beberapa hal yang nggak sepenuhnya cover, misalnya: evakuasi darurat, rawat inap non-umum, atau komunikasi multibahasa. Karena itu, banyak PMI menambahkan asuransi swasta internasional untuk masa awal atau kebutuhan khusus.
Contoh opsi (bisa diganti sesuai preferensi):
- Asuransi internasional sementara: cocok untuk 6–12 bulan pertama sebelum NHI aktif.
- Paket multibahasa di Jepang: ada provider lokal yang mendukung layanan bahasa asing.
- Asuransi darurat global: meliputi evakuasi medis & perawatan internasional.
Tujuannya? Biar lebih fleksibel memilih rumah sakit dan nggak pusing dengan kendala bahasa.
Ilustrasi: Ketika Asuransi Jadi Penyelamat
Bayangin Rina, 23 tahun, Kaigo pemula dari Bandung. Baru sebulan di Jepang, dia kena demam tinggi di tengah malam. Masalahnya, kartunya NHI belum aktif. Pembayaran langsung berpotensi jutaan yen.
Untungnya, sebelum berangkat dia sudah daftar asuransi internasional sementara. Jadi semua prosesnya lebih mudah: klaim online, komunikasi dengan dokter pakai bahasa Inggris, dan biaya rumah sakit lebih ringan.
Kejadian kecil ini jadi reminder penting: asuransi bukan beban, tapi investasi rasa aman.

Mulai Kariermu dengan Proteksi yang Aman
Jadi, sudah jelas kan soal KTLN, BPJS, NHI, SHI, risiko kalau telat bayar, dan kenapa asuransi tambahan perlu? Nah, langkah berikutnya: rapihin rencana karier + proteksi biar nggak setengah-setengah.
Lewat Gohan.ai, kamu bisa:
- Daftar ke LPK resmi untuk jalur Kaigo, Magang, Visa Kerja (SSW), dan Gijinkoku.
- Bandingin biaya, fasilitas, dan asuransi yang ditawarkan tiap LPK.
- Dapat portal pribadi untuk tracking pendaftaran & dokumen.
- Chat langsung dengan LPK soal detail proteksi kesehatan sebelum berangkat.
👉 Siap? Klik www.gohan.ai sekarang. Biar perjalanan kerja ke Jepang bukan cuma seru, tapi juga aman & tenang!
Baca juga: Cerita Nyata Kaigo Fukushishi Bantu Keluarga Lansia