Banyak anak muda Indonesia bermimpi kerja di Jepang karena gaji kompetitif, pengalaman internasional, dan kesempatan belajar budaya disiplin. Tapi sebelum mimpi itu tercapai, ada satu gerbang penting yang harus dilalui: wawancara kerja.
Dalam proses ini, kamu akan mendengar istilah menden dan mensetsu. Dua tahap ini sering bikin grogi, terutama bagi lulusan SMA usia 18–30 tahun yang baru pertama kali menghadapi interview formal. Supaya lebih siap, artikel ini akan membahas tips sukses wawancara kerja di Jepang, etiket yang wajib dipahami, sampai peran LPK yang sangat penting untuk mendampingi calon PMI.
Tips Wawancara Kerja di Jepang: Persiapan Awal & Mentalitas
- Riset perusahaan & posisi kerja
Apakah kamu melamar di sektor kaigo (caregiver), manufaktur, restoran, atau marketing? Cari tahu dulu budaya perusahaan, job desk, dan ekspektasi agar jawabanmu tepat sasaran. - Latihan role play bersama LPK
Biasanya, LPK mengadakan simulasi menden (wawancara awal) agar kamu terbiasa menjawab pertanyaan dasar. Dengan latihan berulang, mentalmu lebih siap saat masuk ke tahap mensetsu (wawancara resmi dengan perusahaan Jepang). - Siapkan dokumen lengkap & rapi
CV, fotokopi paspor, sertifikat bahasa Jepang (JLPT/JFT), hingga sertifikat keterampilan kerja harus disusun dengan baik. Dokumen rapi menunjukkan keseriusanmu. - Bangun mindset positif
Perusahaan Jepang suka kandidat yang disiplin, mau belajar, dan sabar. Tunjukkan semangat panjang, bukan hanya alasan “ingin gaji besar”.
Etiket & Budaya Wawancara Jepang yang Harus Diketahui
Bagi yang baru pertama kali menghadapi mensetsu, aturan berikut wajib diingat:
- Datang lebih awal minimal 15 menit sebelum jadwal. Ketepatan waktu dianggap cerminan sikap profesional.
- Gunakan bahasa sopan (keigo). Ucapkan salam seperti “yoroshiku onegaishimasu” dengan nada hormat.
- Pakaian formal & rapi. Jas atau kemeja warna netral jadi pilihan aman.
- Sikap tubuh disiplin. Duduk tegap, tangan di atas paha, jangan menyilangkan kaki, dan lakukan bow (membungkuk) saat memberi salam.
Etiket ini sederhana, tapi sering jadi penilaian utama pewawancara Jepang.
Bahasa & Cara Jawab Pertanyaan Umum
Beberapa pertanyaan yang hampir selalu muncul di wawancara kerja Jepang:
- Jikoshoukai (Perkenalan diri)
Jawab singkat dan jelas: nama, asal, latar belakang pendidikan/pekerjaan. - Alasan ingin kerja di Jepang
Hindari jawaban “karena gajinya besar”. Lebih baik katakan ingin belajar budaya, mengasah keterampilan, atau meniti karier jangka panjang. - Pengalaman kerja atau magang
Bahkan jika hanya volunteer, jelaskan relevansi dengan posisi yang dilamar. - Cara menghadapi kritik atau kesalahan
Tunjukkan kamu bisa menerima masukan dengan sopan dan memperbaiki diri.
Jawaban ini menunjukkan kedewasaan dan kesiapan belajar, bukan sekadar mencari uang.

Penampilan Fisik & Nonverbal
- Pakaian formal & sederhana tanpa aksesori berlebihan.
- Kontak mata sewajarnya, jangan terlalu lama menunduk atau menatap tajam.
- Gestur minimalis. Hindari menggerakkan tangan berlebihan.
- Nada bicara jelas & sopan, jangan terburu-buru.
Nonverbal sering lebih berkesan daripada kata-kata, jadi kendalikan bahasa tubuhmu.
Jangan Lupa Bertanya & Follow-Up
Pewawancara Jepang suka kandidat yang aktif. Jadi siapkan pertanyaan seperti:
- “Bagaimana sistem pelatihan karyawan baru di perusahaan ini?”
- “Apakah ada kesempatan peningkatan kemampuan bahasa Jepang untuk pekerja asing?”
Setelah wawancara, jangan lupa ucapkan terima kasih. Jika prosesnya online, pastikan koneksi stabil dan ekspresi tetap sopan. Beberapa LPK juga melatih teknik khusus agar kandidat tidak kaku saat mensetsu via Zoom.
Story Nyata dari PMI
Andi (19 tahun, lulusan SMA) adalah contoh nyata yang sering terjadi di lapangan. Awalnya ia gugup saat mensetsu dengan perusahaan kaigo di Osaka. Tapi berkat latihan intensif menden di LPK, ia bisa memperkenalkan diri dengan lancar.
- Sukanya: lebih percaya diri karena sudah tahu format pertanyaan & etiket Jepang.
- Dukanya: tetap tegang, tapi bisa dikendalikan lewat latihan pernapasan & simulasi role play.
Hasilnya? Ia diterima, karena pewawancara melihat sikap serius & semangat belajarnya.
Cerita seperti ini memang tidak terdokumentasi resmi di situs Jepang, tapi untuk rujukan aturan & panduan resmi pekerja asing di Jepang, kamu bisa lihat:
- OTIT (Organization for Technical Intern Training) – lembaga resmi Jepang yang mengawasi magang teknis.
- Immigration Services Agency of Japan – informasi resmi soal visa kerja & prosedur legal.
Pentingnya LPK dalam Persiapan
Bagi anak muda usia 18–20 tahun yang masih sering grogi, peran LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) sangat vital.
- LPK menjadi jembatan antara PMI dan perusahaan Jepang.
- Mereka melatih bahasa, etiket, hingga mental agar tidak kaget saat mensetsu.
- LPK juga membantu administrasi dokumen dan simulasi wawancara online maupun offline.
Tanpa pendampingan LPK, banyak calon pekerja yang gagal bukan karena kurang pintar, tapi karena kurang siap menghadapi budaya dan standar wawancara Jepang.

Mulai Langkahmu Lewat Gohan.ai
Kalau kamu ingin kerja di Jepang, jangan biarkan rasa takut wawancara menghalangi.
Semua jalur magang, lowongan kerja visa SSW, dan Gijinkoku tersedia lewat partner LPK resmi di www.gohan.ai.
Cara gampangnya:
- Daftar di LPK lewat platform Gohan.
- Bandingkan biaya & program LPK sesuai kebutuhanmu.
- Dapat portal pribadi untuk tracking dokumen & chat langsung dengan LPK.
LPK akan dampingi kamu latihan menden supaya lebih siap menghadapi mensetsu dan lolos kerja di Jepang.
Kesimpulan
Wawancara kerja di Jepang bukan hal menakutkan jika kamu tahu cara persiapannya. Dengan latihan mental, pemahaman etiket, serta pendampingan LPK, anak muda Indonesia bisa tampil percaya diri.
Ingat: kerja di Jepang bukan hanya soal gaji, tapi juga soal pengalaman berharga yang bisa mengubah masa depanmu. Jadi, siapkan dirimu dari sekarang, ikuti tips di atas, dan jangan ragu ambil langkah pertama bersama LPK dan Gohan.ai.
Baca juga: LPK Adalah: Penjelasan Lengkap dari Fungsi, Biaya, hingga Cara Daftar yang Resmi